Efek Domino Kesenjangan Pendidikan Antardaerah

lustrasi oleh OleksandrPidvalnyi

Laboratorium biologi, kimia, fisika, bahkan komputer adalah makanan yang sudah tidak asing lagi bagi siswa. Kegiatan pembelajaran tak hanya diberikan secara teoritis dengan goresan panjang di papan tulis, tetapi juga diadakan praktikum secara langsung untuk berhadapan dengan permasalahan nyata. Fasilitas laboratorium merupakan standar kelayakan sekolah untuk menunjang kegiatan akademik para siswanya. Sayangnya, keberadaan laboratorium yang memenuhi kata layak berubah haluan menjadi hal yang opsional. Dengan kata lain, tidak semua sekolah mampu menyediakan fasilitas layak sebagai hak dari siswa. Hal ini tercermin dari terbatasnya fasilitas laboratorium di kebanyakan sekolah pinggir kota atau sekolah yang berada di daerah pelosok.

Tak hanya itu, banyak hal yang tidak didapatkan oleh siswa di daerah pelosok yang berbanding terbalik dengan nasib siswa yang bersekolah di perkotaan. Nasib yang berbanding terbalik ini masih dirasakan oleh siswa daerah pelosok hingga saat ini. Keterbatasan sarana prasarana dan aksesibilitas bagi daerah pelosok untuk menyediakan pendidikan yang layak perlu segera diatasi. Di sisi lain, siswa di perkotaan mampu mengakses sarana prasarana pendidikan untuk mengembangkan diri mereka dengan catatan perlu mengeluarkan biaya yang relatif tinggi. Persoalan tersebut harus segera diatasi oleh pemerintah untuk meningkatkan kualitas generasi muda, bukan hanya kuantitas mereka. Tak hanya tercantum dalam undang-undang, tetapi kalimat “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak,” perlu dibuktikan dengan langkah nyata oleh pemerintah. 

Banyak persoalan yang harus digarap oleh pemerintah tentang pendidikan di Indonesia saat ini. Pemerataan sarana prasarana adalah prioritas utama yang harus segera dituntaskan. Kenyamanan dan ketersediaan sumber daya sehingga para siswa mampu melakukan kegiatan pembelajaran yang aman dan nyaman adalah kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap sekolah. Koleksi buku pembelajaran yang kurang update, sumber daya pengajar yang terbatas, fasilitas ruang kelas yang belum memadai, kesempatan pengembangan diri yang kecil, serta beberapa ketidaklayakan lain berpengaruh besar terhadap tingkat pemahaman dan kualitas belajar siswa. Sayangnya, ketidaklayakan ini telah berlangsung dalam waktu yang lama sehingga menimbulkan banyak efek domino.

Kesenjangan pendidikan yang berlangsung secara terus menerus akan berdampak besar terhadap kondisi sosial ekonomi negara di masa mendatang. Hal paling mendasar dari kesenjangan pendidikan adalah keinginan memperoleh pendidikan lebih lanjut dari generasi muda. Ketidakinginan generasi muda untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi adalah masalah besar yang harus dituntaskan oleh pemerintah. Penyediaan fasilitas pendidikan yang mumpuni, baik dari segi tenaga pengajar maupun sarana prasarana berpengaruh besar terhadap minat keberlanjutan pendidikan oleh para siswa. Dampak terburuknya adalah para siswa tidak berminat melanjutkan pendidikan wajibnya karena tidak adanya motivasi akan penting dan berdampaknya pendidikan bagi mereka. Putusnya para siswa dari sekolah pun dapat menimbulkan banyak problematika sosial, seperti tingginya tingkat pengangguran, maraknya pernikahan dan kehamilan dini, meningkatnya kasus perceraian, tingginya angka kriminalitas, hingga masalah stunting dan gizi buruk pada bayi. 

Tak hanya itu, kesenjangan pendidikan antardaerah berpengaruh besar terhadap peluang memperoleh pendidikan perguruan tinggi serta peluang memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Pada kasus pertama, perguruan tinggi favorit sebagian besar berada di pulau Jawa di mana mayoritas mahasiswanya berasal dari pulau Jawa. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketimpangan pendidikan di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa, mulai dari sarana dan prasarana, materi pembelajaran yang diberikan, kualitas dan kuantitas tenaga pengajar, hingga aksesibilitas pendidikan yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan peluang mendapatkan pendidikan lanjut oleh siswa di luar pulau Jawa lebih sempit. 

Masalah ini juga akan mempengaruhi kasus kedua, yaitu peluang memperoleh pekerjaan yang lebih layak. Pada saat ini, lowongan pekerjaan memiliki aturan yang sangat ketat dengan pendaftar yang membludak meskipun belum disertai gaji yang layak. Tuntutan biaya hidup berpengaruh besar terhadap hal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan, keahlian, dan pengalaman yang menonjol untuk bisa melampaui pelamar pekerjaan yang lain. Sayangnya, pelatihan dan peningkatan keterampilan tersebut tidak dapat diakses dengan gampang oleh semua orang. Orang dengan pendidikan yang tinggi mampu mengakses pelatihan dan peningkatan keterampilan karena pengalaman dan pengetahuannya akan banyak hal. Di sisi lain tidak semua orang dengan pendidikan yang rendah mampu melakukan hal yang sama. Selain tidak dibekali dengan pengetahuan yang sama, orang dengan pendidikan tinggi cenderung berpeluang lebih besar. Sehingga, dampak berkelanjutannya adalah kebanyakan orang dengan pendidikan yang rendah memiliki pekerjaan yang kurang layak untuk mengadu nasib.

Akibatnya, ketimpangan sosial dapat terjadi akibat sempitnya kesempatan pekerjaan yang lebih layak untuk orang dengan pendidikan yang rendah. Ketimpangan sosial ini meliputi kemiskinan struktural, ketidaksejahteraan, serta tingginya biaya hidup yang tidak disertai meningkatnya pendapatan. Dampak negatif tersebut berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial ekonomi negara di masa mendatang, seperti kurangnya inovasi pembangunan, tidak meratanya sarana prasarana, kesenjangan sosial yang tinggi, tingkat kriminalitas yang melonjak, hingga lajunya tingkat kelahiran yang tidak disertai dengan meningkatnya kesejahteraan sosial. 

Oleh karena itu, pemerintah harus segera memberantas kesenjangan pendidikan antardaerah dengan perbaikan kebijakan pendidikan yang inklusif. Hal sekecil toilet siswa di sekolah pelosok yang tidak layak hingga perbaikan kurikulum nasional perlu segera diatasi oleh pemerintah. Jika suatu negara adalah kereta api, maka pendidikan adalah batu bara yang menggerakkannya. Pendidikan yang inklusif wajib diberikan kepada generasi muda untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sejahtera, adil, dan makmur ke depannya. 

Penyunting: Arief Kurniawan

Mahasiswi Statistika Universitas Brawijaya angkatan 23. Bertugas sebagai Staf Magang PSDM 2023 dan Staf PSDM 2024. Senang mengunjungi tempat tempat baru dan mengabadikannya dalam foto.