Sedikit Tentang Pikiran Manusia dan Kekuatannya
Namira Romadhona
Ilustrasi goodnewsfromindonesia |
“Tidak ada yang agung di dunia ini kecuali manusia, tidak ada yang agung di dalam diri manusia kecuali pikirannya” – Sir William Hamilton
Bukan hal yang aneh jika membicarakan pasal pikiran pada bab manusia. Pikiran bukanlah suatu hal yang bisa dilepaskan dari manusia, baik secara teoritis maupun praktis. Suka, duka, penyesalan masa lalu, kecemasan masa depan, semuanya dapat bersumber dari sesuatu yang bernama pikiran. Wattimena (2016) menyebutkan dalam bukunya mengenai tiga ciri mendasar dari pikiran manusia, yakni tidak nyata, sementara, dan rapuh. Pikiran bukanlah sebuah kenyataan, tapi ia adalah tanggapan atas kenyataan yang dibangun di atas abstraksi konseptual. Tidak ada bentuk yang pasti, bisa berubah seiring apa yang terjadi pada diri dalam realitas sehari-hari. Itulah mengapa pikiran memiliki ciri sementara. Perubahan pikiran kita lalui tanpa kita sadari sepenuhnya, bahkan tidak mustahil pikiran akan berubah dari A ke B dalam waktu yang sangat cepat. Bukan hal yang tidak mungkin pula tiba-tiba muncul sinyal kekhawatiran dan keraguan setelah banyak hal menyenangkan singgah di pikiran. Dengan itu, benar adanya bahwa salah satu ciri pikiran adalah rapuh.
Pikiran-pikiran yang ada di dalam otak manusia, kemudian akan membentuk suatu pola pikir atau yang saat ini seringkali disebut dengan mindset yang merupakan kepercayaan-kepercayaan yang memengaruhi sikap seseorang atau dapat juga didefinisikan sebagai sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir yang menentukan perilaku, pandangan, sikap, dan masa depan seseorang (Gunawan, 2007). Dari definisi ini dapat diketahui bahwa dasar dari sebuah mindset adalah mengenai apa yang dipikirkan dan apa yang dipercayai oleh seseorang. Dari pikiran atau kepercayaan tersebut, kemudian menjadi sebuah pandangan seseorang tentang sesuatu yang melahirkan perilaku atau sikap yang memiliki korelasi erat dengan apa yang akan terjadi di kemudian hari.
Selain itu, Yunus (2014:38) menyebutkan dalam bukunya bahwa pola pikir merupakan cara otak dan akal menerima, memproses, menganalisis, memandang, dan menyimpulkan informasi yang masuk melalui indera. Pola pikir tersebut akan menjadi pedoman pikiran agar tetap berada pada keyakinan seseorang semacam prinsip yang juga mendukung pencapaian tujuan. Pola pikir dapat diubah jika diri merasa tidak dapat mencapai tujuan dengan baik. Pola pikir tersebut kian berganti jika diri telah melalui banyak hal, terutama kegagalan. Bukan hal yang jarang diketahui bahwa jika seseorang mengalami kegagalan, maka akan melakukan evaluasi terlebih dahulu kemudian memperbaiki apa yang menurutnya salah menjadi lebih baik. Pada saat itulah mindset seseorang turut berubah, pandangan terhadap cara atau metode meraih tujuan akan menjadi berbeda dan mengalami perubahan. Pola pikir positif akan membawa dampak positif, sedangkan pola pikir negatif akan membawa dampak negatif. Jadi, apa yang kita pikirkan adalah penyebab dari apa yang mungkin terjadi dalam hidup kita. Sederhananya, manusia dan apa yang terjadi padanya adalah tentang apa yang ada di pikirannya.
Sumber utama pola pikir seseorang adalah dari orang tua dan juga dari lingkungan rumah. Pola pikir yang ditanamkan oleh keluarga atau secara khusus adalah orang tua akan terus dibawa oleh seseorang tumbuh. Selanjutnya, bersama dengan tumbuhnya seorang anak, maka akan banyak kejadian yang direkam oleh memori, menyerap dan membandingkan informasi, lalu dia secara mandiri dapat menyimpulkan mana yang baik atau buruk dan benar atau salah. Terlepas dari segala apa yang terjadi dalam hidup seseorang, dari mana dia berasal, siapa keluarganya, dan bagaimana lingkungan sekitarnya, jiwa dan hasil pola pikir seseorang merupakan faktor yang paling penting. Bukan dari mana seseorang berasal yang menentukan kesuksesan, tapi bagaimana seseorang berproses hingga mencapai titik tersebut. Arthur Ray James (2008) berpendapat bahwa kesuksesan bukanlah kebetulan dan bukan pula karena tingkat pendidikan atau kerja keras semata, tetapi kesuksesan merupakan ilmu cara berpikir.
Tidak jarang orang sudah mengetahui bahwasanya terdapat dua bagian pada pikiran manusia, yakni pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Hal yang belum banyak diketahui adalah fakta bahwa keduanya saling bergantung dan saling memengaruhi. Pikiran sadar merupakan bagian yang dapat disadari dan dapat dikontrol penggunaannya sedangkan pikiran bawah sadar cenderung jarang disadari dan kurang optimal dalam penggunaannya. Akan tetapi, ternyata kekuatan pikiran bawah sadar jauh lebih besar dibanding pikiran sadar. Yunus (2014:53) dalam bukunya menyebutkan bahwa selama ini pikiran bawah sadar belum banyak difungsikan karena keterbatasan informasi. Pikiran bawah sadar cenderung pasif sehingga hanya difungsikan untuk menampung rekaman memori, kebiasaan, nilai, doktrin, dan keyakinan yang telah tertanam sejak kecil melalui proses pendidikan dan pengalaman hidup. Pavel Sovodka (2010) menyebutkan bahwa dari hasil riset para ahli yang pernah dilakukan terhadap tindakan seseorang, ditemukan bahwa kontribusi pikiran bawah sadar adalah 88% sedangkan pikiran sadar hanya sebesar 12%. Critical Area pada bagian bawah sadar turut tumbuh dan berkembang seiring dengan proses pendidikan dan pengalaman. Bagian ini mengevaluasi dengan kritis informasi yang masuk, apakah diterima atau ditolak (jika bertentangan dengan nilai yang dianut atau merupakan prinsip dari seseorang itu sendiri). Jikalau terjadi pertentangan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, seringkali pikiran bawah sadar akan memenangkannya. Hal tersebut dikarenakan pikiran bawah sadar memiliki kekuatan yang lebih besar, data mengenai nilai hingga memori masa lalu yang tersimpan bermetamorfosis menjadi kepercayaan, keyakinan, dan akhirnya akan membentuk pola pikir seseorang.
Pembentukan pola pikir bukanlah hal yang instan dan perubahannya tidak sekadar muncul dari pemikiran seseorang seperti “pemikiran ini salah dan harus aku ubah” tetapi melalui proses yang panjang dan sedikit tidak nyaman. Meski demikian, itu bukanlah suatu hal yang mustahil. Hanya saja memang diperlukan usaha dan keberanian yang tinggi untuk melakukannya. Sekali lagi, semuanya berasal dari pikiran masing-masing individu. Pikiran bawah sadar seseorang akan mengevaluasi apa yang terjadi pada seseorang secara kontinu. Kemudian apa yang telah terjadi akan disimpan sebagai sebuah memori dalam otak. Apabila memang telah terjadi sesuatu yang janggal dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, maka secara tidak langsung otak akan mengevaluasi dan mencari sebuah solusi atasnya. Dalam hal ini, akan sangat mungkin terjadi kekacauan dan pertengkaran dalam kepala kita. Akan terjadi perdebatan antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, pertanyaannya adalah apakah kita menerima hasil evaluasi dari pikiran bawah sadar atau secara sadar kita menolak hal tersebut? Hasil evaluasi tersebut belum tentu buruk dan belum tentu baik. Akan tetapi jika ditolak tanpa adanya perbaikan diri dan strategi, maka juga tidak akan ada yang berubah dari diri dan apa yang terjadi. Membuat sebuah perubahan bukanlah hal yang mudah, tapi juga tidak mustahil. Cara paling dasar adalah dengan mengubah mindset dan juga tidak membatasi diri sendiri. Jika seseorang berani mengambil langkah yang lebih lebar dan tidak terduga, hasilnya pun akan melebihi apa yang diduga pula. Manusia tergantung dengan apa yang dipikirkan, dengan tidak membatasi diri untuk melangkah lebih jauh dan berpikir lebih luas, hasil yang di dapat pun mungkin akan melebihi apa yang pernah terpikirkan. (nr)
Referensi
Gunawan, Adi W. 2007. The Secret of Mindset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
M. Yunus S.B. 2014. Mindset Revolution: Optimalisasi Potensi Otak Tanpa Batas. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher
Wattimena,Reza A.A. 2016. Tentang Manusia: Dari Pikiran, Pemahaman, sampai dengan Perdamaian Dunia. Yogyakarta: Penerbit Maharsa
Penyunting : Leri Oktavia Amara
betul banget.. hasil akhir itu tergantung pada apa yang kita pikirkan, jd kurangi berpikir negatif dan ubah mindset kita menjadi lebih baik
setuju bgt, selalu positif thinking itu bisa membawa kita menjadi lebih baik