Gen Z, Antara Inovasi dan Disrupsi
Ruli Agustin |
Ilustrasi Freepik |
Saat
ini, perkembangan ekonomi yang melesat cepat tidak dapat terelakkan. Bermacam-macam inovasi baru dengan berbagai variasi
teknologi terus bermunculan. Tanpa sadar, banyak yang pada akhirnya kehilangan
pekerjaan. Sumber daya manusia yang masih awam dengan teknologi perlahan
tertindas roda disrupsi dan pasrah tergantikan. Di sisi lain, ada perkembangan
yang memang sudah seharusnya dilanjutkan, menumbuhkan dilema, apakah harus
bergerak perlahan dan menahan perkembangan zaman atau terus berjalan dan
membiarkan mereka kehilangan mata pencaharian? Pertanyaan lain pun perlu dikaji
lebih dalam, apakah inovasi-inovasi yang ada saat ini memang diperlukan atau
hanya sebagai pemuas ego agar dipandang terdepan?
Meninjau lebih dalam ke pertanyaan pertama, saat ini
kehidupan manusia tidak lepas dari teknologi, mulai dari transportasi,
komunikasi, hingga kegiatan ekonomi berjalan dengan memanfaatkan teknologi.
Misalnya, dalam bidang transportasi, sudah banyak aplikasi-aplikasi bermunculan
yang merupakan pengembangan dari layanan antar-jemput. Pelanggan dapat dengan
mudah memesan kendaraan melalui gawai tanpa perlu menunggu lama. Tarif yang
dipasang memang lebih mahal jika dibandingkan dengan transportasi umum konvensional,
tetapi sebanding dengan pelayanan yang diberikan. Tetapi, orang-orang yang
masih awam dengan teknologi justru masih bertahan dengan sistem lama meskipun
telah menyadari kekurangan-kekurangan yang ada, tentu saja cepat atau lambat
pasti akan terkalahkan dengan teknologi yang menawarkan kenyamanan dan
keefisienan. Tidak hanya dalam bidang transportasi, banyak sekali
pekerjaan-pekerjaan yang sudah digantikan dengan mesin. Misalnya, layanan
pelanggan yang tergantikan dengan chat bot, pekerjaan pabrik tergantikan dengan
mesin otomatis, hingga pelayan pun tergantikan dengan robot. Bukan tidak
mungkin nantinya akan banyak pekerjaan yang tidak membutuhkan sumber daya
manusia dan didominasi dengan penggunaan peralatan otomatis.
Padahal, otomatisasi dan perkembangan yang sangat cepat
tidak selamanya merupakan hal baik dan patut dibanggakan. Perkembangan ini
berawal dari inovasi-inovasi per orangan maupun sekelompok orang yang kemudian
direalisasikan dengan tujuan awal memudahkan kehidupan ataupun tujuan-tujuan
lain yang sebenarnya demi kebaikan. Padahal, perlu dilakukan pertimbangan lebih
dalam, apa saja yang akan menjadi korban dalam inovasi yang diciptakan.
Semuanya harus diperhitungkan untuk mencapai keseimbangan, agar apapun yang
dibutuhkan generasi saat ini dapat terpenuhi tanpa mengorbankan generasi lain
ataupun masa yang akan datang. Selain itu, inovasi yang berlebihan juga dapat
membahayakan lingkungan, tidak jarang inovasi-inovasi yang sedang dikembangkan
membutuhkan banyak sumber daya alam yang berujung pada eksploitasi sumber daya
alam. Eksploitasi demi pengembangan ide baru yang sebenarnya belum tentu
benar-benar diperlukan dapat memicu kerusakan dan berbahaya untuk masa yang
akan datang. Oleh karena itu, inovasi
juga perlu dikendalikan.
Kendali ini menjadi salah satu tanggung jawab generasi
Z Gen Z sendiri merupakan generasi yang
lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Generasi ini tumbuh bersama teknologi dan
saat ini memiliki banyak waktu dan pengetahuan dari literasi yang tinggi untuk
menciptakan berbagai inovasi. Ditambah lagi di usia ini Gen Z mayoritas masih
banyak yang menempuh pendidikan sehingga menemukan ide-ide baru merupakan
kegiatan mereka sehari-hari. Meskipun
tidak semua gen z ahli menggunakan teknologi, tetapi mereka masih memiliki
waktu untuk mempelajari dan dapat lebih cepat memahami jika dibandingkan dengan
generasi di atasnya. Karena itu lah, Gen Z diharapkan dapat menjadi pengendali
untuk menahan disrupsi.
Namun sayangnya, tidak semua generasi z memahami hal ini,
masih banyak yang hanya berpikir untuk menciptakan hal baru tanpa memikirkan
dampak apa yang akan terjadi. Tanpa memikirkan apakah ide yang mereka buat
dapat menjadi solusi untuk kesejahteraan manusia atau justru hanya
menyejahterakan beberapa kalangan dan membahayakan kalangan lainnya. Padahal,
hal ini sangat krusial untuk diketahui agar ide-ide baru yang tercipta tidak
menjadi pisau bermata dua yang nantinya justru menjadi berbahaya. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pemahaman tentang bahaya disrupsi kepada generasi Z.
Sehingga, diharapkan sosialisasi-sosialisasi yang ada
nantinya tidak hanya berfokus kepada pemahaman tentang pentingnya menciptakan
inovasi baru dan memanfaatkan teknologi, tetapi juga sosialisasi tentang apa
yang akan terjadi jika inovasi dijalankan dengan cepat tanpa mempertimbangkan
kesejahteraan manusia, aspek lingkungan, dan hal-hal lainnya yang berkaitan.
Target pemberian sosialisasi adalah generasi Z karena lebih mudah dilakukan
dibandingkan kepada generasi lainnya karena gen z masih di bangku sekolah
maupun perkuliahan sehingga sosialisasi
ini dapat disisipkan pada materi pembelajaran. Tidak hanya itu, dapat
memanfaatkan kebiasaan generasi z yang sangat aktif bermedia sosial sehingga
sosialisasi dapat disebarkan melalui media sosial. Masih banyak cara yang dapat
dilakukan untuk memahamkan bahaya disrupsi sehingga generasi yang nantinya
menjadi penggerak dan membawa perubahan memahami batasan apa yang harus mereka
lakukan. Pemahaman tentang bahaya disrupsi ini menjadi langkah awal agar
tercapai keseimbangan antara kesejahteraan manusia dengan perkembangan
teknologi sehingga tidak terlalu banyak yang dikorbankan tetapi tidak juga
tertinggal.
Beri Balasan