Jonathan Linggadiputra: Jadilah Versi Terbaik dari Diri Kita Sendiri
Iska Rahmah Mujiddah
Jonathan Linggadiputra saat mengikuti Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KNMA) 2022 (dokumentasi narasumber) |
H
ai teman-teman! Setelah sekian lama Wall Of Fame akhirnya kembali hadir dengan sosok narasumber yang tentunya sangat menginspirasi. Narasumber kali ini pastinya sudah tidak asing lagi bagi teman-teman karena ia menyandang gelar Mahasiswa Berprestasi FMIPA UB 2023. Jonathan Linggadiputra yang akrab disapa Jonathan atau Jo adalah mahasiswa Departemen Kimia angkatan 2020. Sosok yang berasal dari Jakarta ini memiliki segudang prestasi dan dapat menjadi teladan bagi kita semua. Yuk simak kisah selengkapnya!
Memiliki hobi dan ketertarikan di bidang riset serta sering mencoba hal-hal baru membuat Jo gencar mengikuti berbagai proyek riset. Sejak awal perkuliahan, ia aktif mengikuti berbagai perlombaan di bidang akademik baik tingkat universitas, nasional, maupun internasional. Beberapa prestasi yang pernah dirinya raih ia peroleh dengan mengikuti berbagai perlombaan, contohnya Juara 1 Rektor Cup Universitas Brawijaya 2021 bidang PKM PE, juara 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) Politeknik Negeri Malang 2021, juara 1 lomba penulisan proposal riset sawit 2022 dari Kementerian Keuangan, top 10 Astra Digital Innovation and Technology Competition 2022, dan masih banyak lagi.
Gelar mahasiswa berprestasi bukanlah incarannya sejak awal, tetapi Jo mencoba meraih prestasi sebanyak-banyaknya selama masa kuliah dengan mencoba segala kesempatan yang bisa diambil hingga mengantarkannya menjadi seorang mahasiswa berprestasi seperti sekarang. Menurutnya, mengemban gelar mahasiswa berprestasi merupakan hal yang cukup berat, tetapi ia tetap fokus terhadap hal yang dilakukannya sesuai dengan kemampuan. Selain itu, terdapat tantangan tersendiri dalam mengikuti seleksi PILMAPRES. Dalam dua hari ia harus mempersiapkan topik baru untuk dipresentasikan dalam Bahasa Inggris. Pada akhirnya, ia mengangkat topik penelitian mengenai pengembangan biosensor ultra-sensitif, Salvosense Biosensor, yang menurutnya dapat diaplikasikan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini dengan penggunaan yang mudah. Topik penelitian ini merupakan hasil pengembangan dari topik penelitian terdahulu yang ia gunakan dalam ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Melanjutkan studi di luar negeri merupakan impian sebagian besar orang, begitupun impian yang dimiliki oleh Jo. Berlandaskan impiannya tersebut, saat ini Jo sedang mengikuti seleksi Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). IISMA sendiri merupakan program yang diadakan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Program ini merupakan bagian dari rangkaian Kampus Merdeka yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan studi di luar negeri pada kampus mitra Kemendikbud selama satu semester. Menurutnya, IISMA bisa menjadi ajang yang tepat untuk memperkenalkan bagaimana kehidupan perkuliahan di luar negeri sehingga pada saat melanjutkan studi di sana, ia tidak mengalami culture shock. Ia sudah mempersiapkan tahapan-tahapan seleksi IISMA sejak tahun lalu, contohnya seperti persiapan TOEFL dan lain sebagainya. Sebenarnya ia ingin mengikuti IISMA sejak tahun lalu. Sayangnya, karena adanya kendala, ia tidak bisa melanjutkan pendaftaran seleksi IISMA. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat Jo untuk tetap mengikuti IISMA di tahun ini.
Motivasi untuk meraih kesuksesan bisa datang dari mana saja, salah satunya dari tokoh inspiratif. Dibalik banyaknya prestasi dan pencapaian yang dimiliki oleh Jo, ada dua sosok yang menjadi inspirasi baginya, yaitu B.J. Habibie dan Stephen Hawking. Sejak di bangku SMP, B.J. Habibie selalu menjadi role model-nya karena ia ingin bisa mengikuti jejak beliau untuk melanjutkan studi di luar negeri. Menurutnya, Habibie merupakan orang yang hebat karena bisa menjadi orang pertama dari Indonesia yang diakui di kancah internasional dalam bidang sains. Ia juga bercita-cita ingin meneruskan karya-karya beliau. Sementara itu, dari Stephen Hawking, ia belajar bagaimana memiliki sikap pantang menyerah. Stephen Hawking merupakan fisikawan terkenal dunia yang didiagnosis penyakit Lou Gehrig. Penyakit ini membuatnya lumpuh seumur hidup sejak beliau berusia 21 tahun. Jo bercerita bahwa meskipun Hawking sering dihina oleh banyak orang, beliau tetap dapat menghasilkan karya-karya penting sampai akhir hayatnya.
Sebagai anak kos yang hidup jauh di perantauan, Jo juga pernah mengalami titik di mana ia harus bertahan dengan budget dibawah seratus ribu rupiah dalam satu bulan untuk kebutuhan konsumsinya. Hal tersebut dapat terjadi karena ia banyak menginvestasikan dana untuk mengikuti lomba atau self improvement hingga lupa menyisihkan dana untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, dari lomba yang ia ikuti dan berhasil dimenangkannya, terkadang terdapat hadiah berupa uang. Dari hadiah tersebut ia menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.
Menorehkan prestasi bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan perjuangan tanpa henti serta kemauan untuk mengikuti setiap prosesnya. Oleh karena itu, ada beberapa tips dari Jo untuk teman-teman yang ingin menorehkan prestasi:
- Jangan takut untuk mencoba, banyak orang yang sebenarnya memiliki potensi tetapi takut untuk mencoba;
- Jangan menunda-nunda, kerjakan apa yang bisa dikerjakan sekarang baru setelah itu melakukan hal lainnya;
- Dibandingkan melakukan hal-hal yang kurang bermanfaat, lebih baik melakukan kegiatan positif, seperti mengikuti lomba ataupun hal lainnya. Kuliah tidak seberat itu, tergantung bagaimana cara kita menyiasati beban kuliah tersebut;
Sebagai penutup dari proses wawancara dengan tim LPM basic, Jo menyampaikan closing statement-nya. “Banyak orang yang mencoba untuk meniru role model-nya atau mencoba menjadi orang lain. Kita tidak bisa menjadi orang lain. Dibandingkan menjadi orang lain yang kita kagumi, kita harus menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri.”
Penyunting: Helen Magdalena Hartono
kerennn ka jo
kerenn bangett