Budaya Indonesia Sanggup Bertahan di Era Globalisasi

 

Sumber: kompas.com

Oleh: Namira Romadhona Fatih Purnomo 

Zaman telah banyak
berkembang, saat ini manusia tengah hidup di zaman yang mengandalkan
teknologi. Penggunaan teknologi ini merupakan salah satu tanda bahwa manusia
tengah hidup di era revolusi industri 4.0. Revolusi industri dimulai dengan
revolusi industri 1.0 pada abad XVIII ditandai dengan ditemukannya mesin
uap yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan masyarakat saat itu. Tidak
berhenti di sana, revolusi industri pun masih berkembang hingga saat ini yakni
revolusi industri 4.0 dan berlanjut dengan mulai munculnya revolusi industri
5.0 di banyak negara. Revolusi yang senantiasa berkembang ini menyebabkan
munculnya globalisasi, yakni proses mendunianya sebuah aspek kehidupan yang
mana membuka jalan bagi informasi agar bisa diakses lebih cepat oleh
masyarakat, bukan hanya di satu negara yang sama tapi juga dari negara yang
berbeda. Adanya keterbukaan informasi seluas ini membuka peluang bagi
budaya internasional masuk ke Indonesia dan sebaliknya. 

Globalisasi
menyebabkan jarak yang begitu luas menjadi sempit dan jarak yang seakan akan
tidak bisa dijangkau menjadi terjangkau. Contohnya adalah ketika hendak
membeli sebuah produk luar negeri, tidak lagi perlu pergi ke luar negeri.
Produk tersebut bisa dibeli dengan mudah melalui aplikasi belanja yang
tersedia secara online. Contoh yang lain adalah mudahnya masyarakat
Indonesia mengetahui budaya masyarakat negara lain hanya dengan mencarinya
di kolom pencarian. Kemudahan mengakses informasi bahkan mengenai budaya dari
negara lain ini di satu sisi merupakan hal yang positif karena masyarakat
bisa mengetahui apa yang sedang tren sekarang, tapi di satu sisi juga hal
yang negatif karena secara tidak langsung masyarakat lebih mudah mengakses
informasi mengenai budaya luar daripada budaya lokal dan nasional. Hal tersebut
menyebabkan kelangkaan pengetahuan mengenai budaya Indonesia, bahkan budaya
tradisional yang dimiliki oleh setiap daerah hampir luntur. 

Sebenarnya, informasi
mengenai budaya lokal dan nasional juga akan mudah didapatkan jika banyak
dari masyarakat berpartisipasi dalam membagikan budaya yang ada pada daerah masing-masing
melalui internet. Sedangkan di Indonesia sendiri akses internet belum
merata. Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
(APJII), jumlah pengguna internet diperkirakan ada 196,7 juta atau 73%
masyarakat telah terhubung dengan internet. Menurut ketua APJII, Jamalul Izza,
memang koneksi internet di sebanyak kurang lebih 12.500 desa masih belum
terpenuhi. Dengan belum meratanya akses internet di Indonesia, kecepatan
memperoleh dan memberikan informasi juga masih belum merata, ada yang terlalu
banyak memperoleh informasi dan ada yang bahkan kesulitan memperoleh
informasi. 

Harus diakui bahwa
saat ini teknologi, yang di dalamnya termasuk internet, memiliki peran
penting dalam pembagian informasi. Terutama pada kondisi pandemi saat
ini, teknologi memiliki peranan yang besar dalam berbagai sektor termasuk
budaya. Jika dipelajari selama pandemi berlangsung, dapat diketahui bahwa
masyarakat berinteraksi melalui perangkat teknologi lebih dominan daripada
bertemu langsung karena masih banyaknya keterbatasan. Dengan dominannya
penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari hari masyarakat saat ini, tentunya
menyebabkan bertambahnya durasi pemakaian teknologi oleh masyarakat. 

Bertambahnya durasi
artinya semakin banyak juga informasi yang didapat oleh masyarakat. Jika saja,
masyarakat yang sudah memiliki perangkat teknologi dan akses internet yang
memadai banyak membuat konten yang terkait dengan budaya lokal dan nasional,
maka secara tidak langsung informasi yang didapatkan masyarakat mengenai budaya
Indonesia akan bertambah. Karena dengan dibukanya globalisasi, budaya luar
yang tidak sedikit bisa saja mendominasi internet dan sedikit banyak
menjadi konsumsi masyarakat di era pandemi yang lebih banyak menghabiskan
waktu di rumah. Dengan menambah konten budaya nasional, maka budaya yang
masuk ke Indonesia tidak akan kalah eksis. 

Kurangnya akses
internet juga berpengaruh terhadap eksistensi budaya dalam era globalisasi
ini. Hal ini dikarenakan akses internet kebanyakan dimiliki oleh generasi
muda yang masih belum mengetahui banyak mengenai budaya dan generasi yang
mengetahui banyak mengenai budaya justru kesulitan dalam penggunaan
teknologi atau kurangnya akses internet. Kesulitan yang dialami beberapa
orang dalam penggunaan teknologi merupakan sesuatu yang bisa dimaklumi,
karena dengan banyaknya aplikasi dan fitur di dalamnya, ada banyak sekali hal
yang harus dipahami. Sedangkan untuk generasi X (lahir pada 1965 – 1980) dan
generasi baby boomer (lahir pada tahun 1947 -1964) kebanyakan menggunakan teknologi
sesuai dengan kebutuhan mereka dan tidak banyak mencoba fitur-fitur yang ada. 

Padahal, jika
fitur-fitur yang ada dimanfaatkan dengan baik untuk membuat konten mengenai
budaya Indonesia, maka peluang menyebarkan informasi mengenai budaya Indonesia
sangatlah besar. Generasi Z, yang saat ini merupakan generasi terbanyak
di Indonesia, yakni sebanyak 27,94% dari seluruh penduduk Indonesia, bisa
dengan mudah mendapatkan dan mencerna informasi tersebut. Bahkan dengan kekuatan
jejaring sosial yang dimiliki generasi muda bisa menjadi kesempatan untuk
budaya Indonesia eksis sekali lagi.  Tugas generasi muda selanjutnya
setelah mendapatkan informasi dan pengetahuan mengenai budaya dari
generasi tua adalah membuat budaya yang ada mudah dipahami dan disukai
oleh orang lain bahkan generasi yang lebih muda. 

Hal yang harus
diketahui adalah tidak semua budaya Indonesia bisa dikonsumsi secara mentah
oleh masyarakat yang ada saat ini, terutama dalam pranala internet. Proses dari penyebaran
budaya Indonesia melalui jejaring internet ini harus dilakukan secara bertahap
dan perlahan. Masyarakat harus berpikir terlebih dahulu bagaimana agar konten
budaya tersebut disukai bahkan membuat orang lain tertarik dengan budaya
tersebut. Karena tidak jarang hal yang sudah disiapkan secara maksimal
ternyata belum mendapat respon yang baik dari pengguna internet. Sehingga
diperlukan kesabaran dalam prosesnya dan kehati-hatian sebelum konten
tersebut ditayangkan. 

Budaya Indonesia bisa
bertahan, baik itu budaya lokal maupun budaya nasional. Budaya bangsa sanggup
bertahan jika masyarakat turut andil dalam mempertahankannya.  Menanamkan
rasa cinta terhadap budaya sendiri merupakan hal yang wajib dimiliki
setiap warga negara. Saling berbagi dan bertukar pengetahuan mengenai
budaya lokal masing-masing dalam jejaring internet juga sangat membantu
peningkatan eksistensi budaya nasional. Bukan hanya masyarakat biasa,
justru influencer memiliki peran penting dalam pemeliharaan budaya,
karena influencer memiliki pengaruh yang besar di masyarakat dan jika
influencer memberikan informasi mengenai budaya, maka secara cepat
informasi tersebut akan sampai ke masyarakat dengan cara yang efektif dan
mudah diterima.

Editor: Neta Dhea Putri Ferdyan