Mahasiswa hingga Ojek Online Keluhkan Kenaikan Harga Pertamax

Sumber: compas.com

LPM basic FMIPA UB   Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax resmi dinaikkan mulai Jumat (01/04) dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter.

Melansir dari laman BBC, seorang ekonom dari Institute For Development of Economics and Finance (INDEF),  Eko Listyanto, mengatakan kenaikan harga Pertamax semakin memberatkan masyarakat di tengah daya beli yang telah tertekan akibat naiknya harga bahan pokok hingga pajak pertambahan nilai (PPN) yang terjadi secara bersamaan.

Seorang driver ojek online bernama Imam Ardhi  mengaku  terbebani dengan harga Pertamax yang naik cukup signifikan, dirinya menyayangkan kebijakan yang ditetapkan pemerintah tidak tepat menurutnya.

“Kesusahan buat ngojek karena penghasilan gak seberapa tapi bensinnya mahal, gak bisa jalan jauh karena harus irit bensin.”

“Kalau naik ya kira-kira, yang masuk diakal,” lanjut dia.

Sementara itu, dampak kenaikan harga Pertamax juga dirasakan sejumlah mahasiswa. Mahasiswi bernama Fatimah Ani Makrufah mengatakan bahwa dampak kenaikan Pertamax ini membuat dirinya mengurangi intensitas pemakaian sepeda motor.

“Dampak e aku rodok mengurangi aktivitas nggae pedah, soale dalam rangka menghemat. ancen gak ketoro naik 3,5 rebu per liter but lalek tuku berliter-liter  lagi kroso.“

Mahasiswa lainnya bernama Muhammad Hilmy Kusumo Widagdo juga menyayangkan hal ini namun dirinya memahami  kenaikan harga Pertamax oleh pemerintah merupakan dampak dari kenaikkan PPN.

“Dampaknya mungkin dari aku sendiri sebagai anak kos sangat terasa untuk perekonomianku yang biasanya 30 ribu full sekarang jadi bisa sampai 40 ribu baru full.”

Dirinya menilai bahwa dampak dari kenaikan harga Pertamax ini membuat masyarakat beralih dari Pertamax ke Pertalite meskipun penggunaan Pertalite berdampak buruk terhadap mesin kendaraan.

“Mungkin juga orang-orang yang biasa memakai Pertamax bisa beralih ke Pertalite yang notabene kebersihan bensinnya lebih buruk.”

Sementara, mahasiswi bernama Dewi Fatimah mengatakan tidak setuju terhadap kenaikan Pertamax dikarenakan hal ini tidak dibarengi dengan kenaikan UMR yang akan sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat.


“Aku si agak ga setuju ya dengan kenaikan segitu. Yaa walaupun ga jauh beda sama harga yang dulu. Tapi ini sangat berdampak terhadap ekonomi masyarakat. Bagaimana tidak, dibandingkan dengan umr yang tidak seberapa. Buat beli BBM aja udah segitu, belum lagi lainnya ikut naik. Saya harap, kenaikan harga ini jangan lama. Ya kalo harga naik terus gapapa, asal UMR juga naik pak.”

Masyarakat berharap adanya solusi akibat dari kenaikan Pertamax ini. Mereka berharap adanya penerapan subsidi untuk jenis bahan bakar Pertamax ini.

“Bisa diberikan subsidi juga untuk bensin jenis Pertamax jika PPN tidak bisa diturunkan,” ucap Muhammad Hilmy.

Sementara yang lainnya, Salma Vanda mengatakan lebih baik dana dialokasikan untuk subsidi bensin atau barang-barang yang sedang naik harga daripada dana digunakan untuk mengganti gorden rumah dinas sebesar Rp 48,7 Milliar (ana/ss).