Matahari sore mulai datang, siang berganti malam. Aku menggigil di atas tikar tipis. Dari luar rumah, suara anjing liar melolong—panjang, sepi, membuat bulu kudukku berdiri. Aku tarik selimut lusuh sampai dagu, tapi dingin tetap menusuk tulang dan angin masuk lewat celah-celah dinding bambu. "Ya Allah," lirihku pelan, "tolong Ibu dapat uang pinjaman besok. Tolong gorengan Ibu laku banyak... biar aku bisa ikut karya wisata."