
Pelangi yang Istimewa

Di matamu ada dunia yang berbeda
Bukan lemah, hanya cara lain membaca semesta
Langkahmu mungkin tertatih
Namun hatimu berlari lebih cepat dari mimpi
Orang berkata kau berbeda
Tapi bukankah pelangi pun indah karena warnannya tak sama?
Setiap senyum yang kau beri
Adalah cahaya yang menuntun kami memahami arti
Sabar dan kasih
Kau bukan kurang
Kau adalah lebih
Lebih tabah, lebih murni, lebih jujur, dalam
memberi arti hidup ini
Wahai pelangi istimewa
Dunia ini terlalu kecil dalam membatasi sayapmu
Terbanglah dengan warna-warna unikmu,
Karena di dalam dirimu
Tuhan menyimpan keajaiban yang tidak dimiliki siapapun
Pelangi di Ruang Inklusi
Di ruang kecil penuh warna,
Ada tawa yang tak selalu sama,
Ada Langkah pelan, ada suara lembut,
Namun semua menuju arah yang satu
Yaitu belajar Bersama
Tak semuamata menatap lurus,
Tak semua tangan mampu menulis cepat
Tapi di sini, hati hati tumbuh kuat
Tapi di sini, hati-hati tumbuh kuat
Menyulam sabar jadi cahaya hangat
Guru tersenyum tanpa Lelah
Menggandeng tangan yang sempat gemetar,
Mengubah perbedaan jadi kekurangan
Mengajarkan kasih tanpa syarat Batasan
Anak-anak berlari dalam pelukan keberagaman
Belajar bahwa setiap jiwa punya keindahan
Tak ada “kurang” di kamus cinta
Yang ada hanya “unik” dan “berharga”
Di sekolah inklusi
Kitabbukan siapa yangpaling bisa
Tapi siapa yang paling memahami
Bahwa belajar berarti menerima dan mencintai
Bertahan
Di antara hujan yang tak kunjung reda,
aku berdiri meski payungku sobek oleh waktu.
Langit kelabu bukan tanda menyerah,
hanya jeda, tempat doa tumbuh diam-diam di kalbu.
Angin menggoda, membawa kabar lelah,
tapi langkah ini tak ingin pulang kalah.
Sebab di balik luka, ada arti yang tumbuh,
bahwa jatuh bukan akhir, hanya tanda aku masih berjuang utuh.
Bertahan bukan berarti tanpa air mata,
namun memilih tetap melangkah meski dunia tak ramah.
Sebab setiap pagi yang datang tanpa janji,
selalu membawa harapan sekecil cahaya mentari.
Maka biarlah aku bertahan,
bukan untuk menantang takdir,
tapi untuk membuktikan,
bahwa hati yang patah pun
masih bisa berdetak dengan sabar dan yakin.
Ibu
Di matamu, aku belajar tentang sabar,
tentang bagaimana luka bisa tersenyum,
tentang bagaimana letih tetap berjalan,
meski dunia kadang terlalu berat untuk dipikul sendirian.
Tanganmu, ibu,
pernah menggenggam masa kecilku yang rapuh,
menyeka air mata yang tak berhenti jatuh,
dan menuntunku menuju cahaya yang tak pernah padam.
Setiap keriput di wajahmu
adalah catatan waktu yang menulis kasih tanpa batas,
setiap napasmu adalah doa
yang terbang menuju langit dengan nama anak-anakmu di ujungnya.
Ibu,
engkau bukan hanya pelita di malam gelap
tetapi juga matahari
yang membuat setiap hariku berarti.
Jika suatu hari aku menjadi kuat
itu karena di dalam darahku mengalir
keteguhan hatimu
yang tak pernah berhenti mencinta,
tanpa syarat tanpa pamrih
hanya karena engkau ibu.
Antara Rindu dan Kecewa
Aku menulis namamu di langit senja,
namun angin menghapusnya pelan-pelan.
Seperti rinduku yang selalu datang,
meski tahu, hatimu sudah berpaling perlahan.
Rindu ini tumbuh di tanah kecewa,
disiram kenangan yang tak semestinya ada.
Setiap ingatan menjadi duri yang halus,
menyakitkan, tapi tak bisa kubuang begitu saja.
Aku masih menunggu, entah untuk apa,
mungkin hanya ingin tahu,
apakah rindu bisa sembuh
tanpa harus bertemu?
Kecewa ini tak lagi marah,
ia hanya diam, seperti hujan yang reda.
Meninggalkan sisa dingin di dada,
tempat rindu masih duduk
tanpa pernah pamit
Penyunting: Arief Kurniawan

























Beri Balasan