Pelangi yang Istimewa

Pelangi yang Istimewa

Ilustrasi oleh freepik

Di matamu ada dunia yang berbeda

Bukan lemah, hanya cara lain membaca semesta

Langkahmu mungkin tertatih

Namun hatimu berlari lebih cepat dari mimpi

Orang berkata kau berbeda

Tapi bukankah pelangi pun indah karena warnannya tak sama?

Setiap senyum yang kau beri

Adalah cahaya yang menuntun kami memahami arti

Sabar dan kasih

Kau bukan kurang

Kau adalah lebih

Lebih tabah, lebih murni, lebih jujur, dalam

memberi arti hidup ini

Wahai pelangi istimewa

Dunia ini terlalu kecil dalam membatasi sayapmu

Terbanglah dengan warna-warna unikmu,

Karena di dalam dirimu

Tuhan menyimpan keajaiban yang tidak dimiliki siapapun

Pelangi di Ruang Inklusi

Di ruang kecil penuh warna,

Ada tawa yang tak selalu sama,

Ada Langkah pelan, ada suara lembut,

Namun semua menuju arah yang satu

Yaitu belajar Bersama

Tak semuamata menatap lurus,

Tak semua tangan mampu menulis cepat

Tapi di sini, hati hati tumbuh kuat

Tapi di sini, hati-hati tumbuh kuat

Menyulam sabar jadi cahaya hangat

Guru tersenyum tanpa Lelah

Menggandeng tangan yang sempat gemetar,

Mengubah perbedaan jadi kekurangan

Mengajarkan kasih tanpa syarat Batasan

Anak-anak berlari dalam pelukan keberagaman

Belajar bahwa setiap jiwa punya keindahan

Tak ada “kurang” di kamus cinta

Yang ada hanya “unik” dan “berharga”

Di sekolah inklusi

Kitabbukan siapa yangpaling bisa

Tapi siapa yang paling memahami

Bahwa belajar berarti menerima dan mencintai

Bertahan

Di antara hujan yang tak kunjung reda,
aku berdiri meski payungku sobek oleh waktu.
Langit kelabu bukan tanda menyerah,
hanya jeda, tempat doa tumbuh diam-diam di kalbu.

Angin menggoda, membawa kabar lelah,
tapi langkah ini tak ingin pulang kalah.
Sebab di balik luka, ada arti yang tumbuh,
bahwa jatuh bukan akhir, hanya tanda aku masih berjuang utuh.

Bertahan bukan berarti tanpa air mata,
namun memilih tetap melangkah meski dunia tak ramah.
Sebab setiap pagi yang datang tanpa janji,
selalu membawa harapan sekecil cahaya mentari.

Maka biarlah aku bertahan,
bukan untuk menantang takdir,
tapi untuk membuktikan,
bahwa hati yang patah pun
masih bisa berdetak dengan sabar dan yakin.

Ibu

Di matamu, aku belajar tentang sabar,
tentang bagaimana luka bisa tersenyum,
tentang bagaimana letih tetap berjalan,
meski dunia kadang terlalu berat untuk dipikul sendirian.

Tanganmu, ibu,
pernah menggenggam masa kecilku yang rapuh,
menyeka air mata yang tak berhenti jatuh,
dan menuntunku menuju cahaya yang tak pernah padam.

Setiap keriput di wajahmu
adalah catatan waktu yang menulis kasih tanpa batas,
setiap napasmu adalah doa
yang terbang menuju langit dengan nama anak-anakmu di ujungnya.

Ibu,
engkau bukan hanya pelita di malam gelap
tetapi juga matahari
yang membuat setiap hariku berarti.

Jika suatu hari aku menjadi kuat
itu karena di dalam darahku mengalir
keteguhan hatimu
yang tak pernah berhenti mencinta,
tanpa syarat tanpa pamrih
hanya karena engkau ibu.

Antara Rindu dan Kecewa

Aku menulis namamu di langit senja,
namun angin menghapusnya pelan-pelan.
Seperti rinduku yang selalu datang,
meski tahu, hatimu sudah berpaling perlahan.

Rindu ini tumbuh di tanah kecewa,
disiram kenangan yang tak semestinya ada.
Setiap ingatan menjadi duri yang halus,
menyakitkan, tapi tak bisa kubuang begitu saja.

Aku masih menunggu, entah untuk apa,
mungkin hanya ingin tahu,
apakah rindu bisa sembuh
tanpa harus bertemu?

Kecewa ini tak lagi marah,
ia hanya diam, seperti hujan yang reda.
Meninggalkan sisa dingin di dada,
tempat rindu masih duduk
tanpa pernah pamit

Penyunting: Arief Kurniawan