Mendekati E-Vote, Warga MIPA Masih Tak Kenali Paslon?

Mendekati E-Vote, Warga MIPA Masih Tak Kenali
Paslon?

Ilustrasi: Aprilla Ragil Argiyani

kabarbasic.com– Rangkaian
pelaksanaan Pemilihan Pemilihan Umum Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya (PEMILWA FMIPA UB) semakin mendekati
klimaks dengan diadakannya kampanye bersama pada Senin (04/12/2023).

Kampanye dilaksanakan di empat titik FMIPA UB  yaitu Gazebo Biologi, Gazebo Fisika, Gazebo
Matematika, dan Gazebo Kimia. Perbedaan cukup mencolok terlihat dari kampanye
masing-masing Pasangan Calon (paslon), 
paslon nomor urut dua menggandeng banyak Tim Sukses (timses) yang turut
mengawal jalannya kampanye. Hal ini juga diakui oleh Dinda (bukan nama
sebenarnya) mahasiswa Statistika angkatan 2022 yang menghadiri kampanye.

“Ramai sih ya, kelihatan pendukungnya juga
banyak tapi aku belum lihat dari sisi paslon satu karena belum ketemu juga sih sama kampanye dari paslon nomor
satu,” ujar Dinda

Sedikit berbeda dengan paslon nomor urut dua,
Calon Presiden (capres) nomor urut satu tidak terlihat kehadirannya selama
beberapa waktu. Capres nomor urut satu hanya hadir pada saat kampanye di titik
terakhir yakni di Gazebo Kimia. Kehadiran capres nomor urut satu di titik
terakhir disaksikan langsung oleh reporter LPM basic dan terdengar celetukan
capres nomor urut satu ia terlambat datang karena baru menyelesaikan kuis. Hal
ini dikonfirmasi oleh manajer nomor urut satu, Nabila Aditya Azzahra.

“Jadi 
memang  bener capres nomor urut
satu itu kemarin  terlambat  hadir di kampanye bersama soalnya lagi kuis.
Jadi kegiatan lain itu sebenarnya kuis,” ujar Nabila.

Berdasarkan pengamatan dari reporter LPM basic,
kondisi di empat titik tidak menunjukkan adanya antusias yang tinggi dari warga
MIPA, terlihat dari beberapa titik kampanye hanya sedikit warga MIPA yang
menyaksikan.

Meninjau hal tersebut, tim reporter LPM basic
telah mengumpulkan beberapa informasi terkait tanggapan warga MIPA terhadap
Pemilwa FMIPA UB 2023 dan masing-masing paslon.

Kurangnya
Informasi mengenai Pasangan Calon

Ilustrasi: Aprilla Ragil Argiyani

Meski sudah memasuki masa kampanye, beberapa warga
MIPA yang ditemui oleh LPM basic mengaku belum begitu mengenal paslon. Seperti
yang disampaikan oleh Ani (bukan nama sebenarnya), salah satu mahasiswa Kimia
angkatan 2020 mengaku hanya mengetahui cawapresnya saja karena sama-sama
berasal dari kimia. Hal inilah yang membuat Ani belum tahu harus memilih siapa
meski sudah mendekati masa
e-vote.

Berbeda dengan Ani, Farhan (bukan nama sebenarnya)
justru mengaku hanya mengenali capresnya saja.

“Presidennya tahu paslon satu dan duanya tapi
wakilnya enggak,” ungkap mahasiswa
angkatan 2023 dari Ilmu Aktuaria tersebut

Meski tak mengenali  kedua paslon dengan baik, Farhan mengaku
sudah menetapkan pilihannya

“Yang kakak kelas saya karena walaupun saya gak ngikutin pemilwanya tapi udah tahu
kakaknya kaya gimana.” Jelas Farhan

Kasus serupa juga terjadi kepada Sarah (bukan nama
sebenarnya), mahasiswa Statistika angkatan 2022 ini mengaku sudah menetapkan
pilihannya meski tidak mengetahui visi misi dari masing-masing paslon.

Berbeda dengan Farhan dan Sarah, Andre (bukan nama
sebenarnya) mahasiswa Statistika angkatan 2022 ini mengaku akan menjadi
golongan putih (golput) karena tidak mengenal kedua calon dengan baik.

“Saya nanti mungkin akan terkesan random dan tanpa alasan (dalam memilih)
sehingga mungkin akan menyebabkan kurang efektifnya sistem voting nanti,” jelas Andre

Sebagai mahasiswa yang cukup aktif di bidang
akademik, Andre merasa jika paslon perlu untuk mendekati warga seperti dirinya
secara personal.

“Meskipun ini terdengar tidak realistis tapi kalau
sudah kenal secara personal menurut saya branding-nya
akan jauh lebih kuat karena sudah mengenal secara langsung,” ujar Andre.

Sedikitnya
Minat terhadap Pemilwa

Salah satu penyebab kurangnya informasi mengenai
paslon adalah sedikitnya minat warga MIPA untuk memantau jalannya pemilwa ini,
beberapa warga MIPA yang ditemui oleh LPM basic mengaku tidak terlalu mengikuti
rangkaian agenda.

Seperti yang terjadi kepada Ani, ia mengaku tidak
begitu mengetahui rangkaian agenda pemilwa ini secara rinci.

“Mungkin karena itu kan informasi yang
detail-detailnya ada di IG (instagram) jadi mungkin kaya lebih disebar aja sih menurut aku,” jelas Ani.

Ani juga menambahkan bahwa tindakan panitia dengan
memposting di Instagram itu merupakan tindakan yang tepat, hanya saja Ani
mengaku dirinya kurang update dengan
informasi terbaru.

Lain halnya dengan Ani yang tidak mengetahui
rangkaian agenda pemilwa, Farhan mengetahui namun tidak dapat mengikuti
keseluruhan agenda dikarenakan jam pelaksanaan yang tidak sesuai dengan jadwal
perkuliahan Farhan.

“Waktu pertama sosialisasi itu sempat ikut cuma seterusnya karena waktunya gak cocok jadi saya gak sempat ikut, ” ujar Farhan

Sejalan dengan keadaan Farhan, Andre juga
menjelaskan bahwa ia tidak bisa mengikuti rangkaian pemilwa ini dikarenakan
jadwal yang cukup padat.

“Karena saya ada kegiatan kuliah, mengerjakan
tugas-tugas, dan kebetulan di himpunan itu saya cukup sibuk,” ujar Andre.

Meski tidak mengikuti perkembangan pemilwa, Andre
merasa informasi yang diberikan oleh panitia sudah cukup bagus dan Andre sempat
melihat informasinya di grup angkatan.

Selain itu, Andre juga menyampaikan jika ada yang
perlu dievaluasi dari pelaksanaan kampanye bersama karena beberapa mahasiswa
ada yang kurang mengetahui informasi tentang pemilwa dan masing-masing paslon.

“Bukan mengatakan bahwa kampanye kemarin itu
kurang, mungkin karena ada sesuatu yg perlu dievaluasi agar hasil dari kampanye
ini lebih baik lagi dan juga supaya dari masing-masing paslon ini lebih dikenal
oleh masyarakat FMIPA sehingga meningkatkan masyarakat FMIPA ini untuk memilih
mereka dengan lebih baik lagi,” imbuhnya.

Pandangan
Warga MIPA terhadap Masing-masing Paslon

Disisi lain, Siska (bukan nama sebenarnya)
mahasiswa Ilmu Aktuaria angkatan 2022 yang mengaku mengikuti rangkaian agenda
Pemilwa 2023, mengemukakan pendapatnya tentang situasi kedua paslon saat ini.
Menurut Siska, jika melihat dari banyaknya tim sukses paslon dua lebih unggul,
tapi jika dilihat dari beberapa orang, keinginan memilih untuk  paslon satu lebih unggul.

Sedangkan menurut Intan (bukan nama sebenarnya)
mahasiswa Biologi angkatan 2022 itu berpendapat bahwa lebih unggul paslon satu
dari segi pengalamannya.

“Kalau dari paslon satu ya menurut aku itu mungkin
dari segi pengalaman itu juga sudah banyak baik dari capres dan cawapresnya,”
ungkapnya.

Karena mengetahui tentang masing-masing paslon,
Intan juga mengungkapkan beberapa kritikan terhadap masing-masing paslon.

“Pasangan nomor urut dua ini apa ya.. Mungkin
salah satu calon itu sempat pegang Probinmaba jadi berdasarkan review mungkin dengan cara kerjanya
beberapa hal harus dibenahi kalau mau maju menjadi Presbem,” jelas Intan

Sedangkan untuk paslon nomor urut satu, Intan
mengungkapkan jika ia pernah mendengar mengenai kinerja dari paslon satu yang
baik dan teliti, namun memiliki sikap yang juga perlu dibenahi.

“Dari yang aku dengar kerja mereka otoriter, jadi
mungkin kalau mau  maju sikap itu bisa
dibenahi karena menjadi Presbem harus merangkul LKM, jadi mungkin sifat
otoriter itu bisa sedikit dihilangkan,” jelas Intan.

Mengenai kedua cawapres yang sama-sama berasal
dari Program Studi Kimia, Intan merasa tidak ada masalah dengan hal itu.

Selain Intan, Siska juga berpendapat bahwa kedua
paslon memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

“Dua-duanya saling melengkapi gitu jadi misal yang
satu ketuanya bagus yang satu wakilnya bagus gitu jadi saling melengkapi,”
ujarnya.

 Sejalan dengan pendapat Siska, Reva (bukan nama
sebenarnya) mengaku bingung memilih siapa karena merasa jika kedua paslon
seimbang.

“Karena waktu itu kan aku sempat lihat debat itu
ya, pandangannya kaya semuanya juga punya gagasan yang berbeda-beda jadi ya
agak susah (memilih),” jelas mahasiswa Kimia angkatan 2023 tersebut.

Harapan
Warga MIPA

Amanah, bertanggung jawab, dan lebih baik dari
tahun sebelumnya adalah tiga hal yang paling sering disebutkan oleh warga MIPA

Lebih spesifik, Farhan berharap jika paslon yang
menang akan dapat memberikan wadah bagi mahasiswa untuk berkembang di
organisasi dan membuat kebijakan yang melibatkan warga MIPA

“Kalau misal ada kebijakan yang akan dibuat,
kebijakan itu gak yang plek ketiplek langsung jadi tapi berdasarkan musyawarah
besar dulu gitu istilahnya,” jelas Farhan

Harapan spesifik juga disampaikan oleh Siska yang
menginginkan adanya pemerataan

“Ya semoga nanti gak ada ketimpangan lagi, baik
antar prodi maupun departemen, semoga tidak ada satu yang sangat menonjol, semuanya rata,” ungkapnya.

Tak hanya Farhan dan Siska, Andre juga berpesan
bahwa siapapun yang menang jangan sampai masyarakat FMIPA terpecah belah hanya
karena memperdebatkan siapa yang seharusnya menang.

Penulis:
Leri Oktavia Amara 

Reporter:

Leri Oktavia Amara
Riffatih Syah Maharani
Aulia Naurah Salsabilla 

Editor:
Namira Romadhona Fatih Purnomo 

Mahasiswa Statistika angkatan 2022. Bertugas sebagai Staf Redaksi 2023 dan Pimpinan Redaksi 2024