Kesadaran dari Sudut Pandang Evolusioner

Sumber: www.zocalopublicsquare.org

 

Oleh: Nazarru Djalu Ulhaqi

Kesadaran

Pada tahun 1988, seorang wanita berinisial PS (49) didiagnosis menderita hemispatial neglect. Kondisi ini membuat PS tidak bisa menyadari apa pun yang berada di sebelah kirinya. Sekelompok peneliti kemudian menguji respons saraf PS dengan menunjukkan dua gambar rumah yang serupa. Salah satu gambar menunjukkan rumah yang mengalami kebakaran di bagian kiri. PS hanya dapat melihat sisi kanan dari masing-masing gambar rumah akibat kondisi yang ia derita. Namun, ketika ditanya rumah mana yang lebih ingin ia tinggali, PS berulang kali memilih rumah yang tidak terbakar, bahkan ketika kedua gambar tersebut telah diacak.

Hasil penelitian tersebut serupa dengan yang didapatkan dari penderita blindsight dan prosopagnosia, seperti yang diungkapkan oleh John Marshall dan Peter Halligan pada tahun 1988. Hal ini menunjukkan ketidakselarasan antara pemrosesan otak dan persepsi individu terhadap pemrosesan tersebut. Persepsi individu inilah yang umumnya disebut dengan “Kesadaran”. 

Demistifikasi Kesadaran

Di antara sekian banyaknya misteri di alam semesta, kesadaran menjadi topik yang sering membuat para pemikir hebat kebingungan. Meskipun jawaban pastinya belum ditemukan, cara berpikir tentang misteri-misteri lainnya seperti asal mula alam semesta, teori evolusi dan fisika partikel serta pertanyaan yang seharusnya ditanyakan telah dipahami. Sementara itu, para filsuf dan ahli biologi telah lama kesulitan untuk mendefinisikan dan menjelaskan kesadaran dalam istilah naturalistik. Oleh sebab inilah kesadaran menjadi topik kuasi mistis. 

Cogito ergo sum” atau “aku berpikir maka aku ada”. Begitulah ucap Descartes untuk membuktikan eksistensinya di tengah keraguan radikal. Berawal dari pernyataan ini, Descartes mengembangkan teori pikiran dan kesadaran yang bersifat non-materi. Teori ini disebut dualisme dan merupakan bentuk mistifikasi kesadaran sebagai sesuatu yang di luar ranah materi. Namun, seiring perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Alam & Teknologi), para ahli mulai mempelajari ketergantungan kesadaran pada otak dan mulai mengembangkan teori kesadaran secara materialistis. 

Dasar dari teori materialistis kesadaran, yang kemudian disebut materialisme reduktif, adalah bahwa setiap jenis keadaan mental, termasuk kesadaran, dapat dijelaskan berdasarkan keadaan fisik. Misalnya, rasa sakit yang kita alami sebenarnya hanyalah jenis penembakan neuron tertentu. Maka, dengan adanya paradigma tersebut, pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi mental mulai terjawab secara naturalistik, sehingga terjadilah demistifikasi kesadaran dalam ilmu pengetahuan, tak terkecuali dalam biologi evolusioner. 

Transisi Evolusioner

John Maynard Smith dan Eörs Szathmáry (1997) mengungkapkan beberapa transisi besar dalam proses evolusi makhluk hidup dalam buku The Major Transitions in Evolution. Identifikasi transisi-transisi yang diamati didasarkan pada perubahan pada metode penyimpanan dan pemrosesan informasi. Beberapa contohnya adalah evolusi multiseluler, evolusi eusosialitas, dan evolusi sosiokultural. Meskipun kesadaran berkaitan erat dengan pemrosesan informasi, klasifikasi Smith dan Szathmáry tidak membahas kesadaran. 

Pengamatan terhadap transisi evolusioner membutuhkan penanda transisi. Penanda transisi adalah indikator yang menjadi bukti bahwa transisi evolusioner yang diamati telah selesai. Simona Ginsburg dan Eva Jablonka (2020) mengembangkan pendekatan baru untuk mempelajari evolusi kesadaran melalui penanda transisi yang diberi nama Unlimited Associative Learning (UAL). 

Gagasan pokok dari UAL adalah bahwa ada cara belajar khusus yang dapat berfungsi sebagai penanda transisi untuk transisi evolusioner dari makhluk tanpa kesadaran menuju makhluk dengan kesadaran. Cara belajar yang dimaksud adalah kemampuan untuk melakukan pembelajaran asosiatif pada rangsangan baru dengan potensi kuadratik yang memungkinkan akumulasi rangkaian asosiatif sepanjang siklus hidup hewan. UAL merupakan penanda transisi menuju sistem kehidupan yang memiliki perspektif tersendiri. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa ketika diterapkan pada organisme hidup, UAL membutuhkan seperangkat mekanisme dan proses yang akan menghasilkan kesadaran. 

Berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan, Ginsburg dan Jablonka berhipotesis bahwa UAL dan kesadaran dimiliki oleh sebagian besar vertebrata, beberapa arthropoda, dan cephalopoda koloid. Hal ini menunjukkan bahwa UAL muncul pada periode Kambrium. Ginsburg dan Jablonka menduga bahwa UAL merupakan bentuk plastisitas perkembangan yang mampu memunculkan pembaruan adaptif, berperan dalam mendorong Letusan Kambrium, peristiwa munculnya filum-filum dalam waktu yang relatif singkat sekitar 530 juta tahun yang lalu. 

Perjalanan manusia dalam memahami kesadaran adalah cerita panjang dengan beragam detail yang rumit. Melihat kembali sejarah perjuangan manusia untuk menjawab pertanyaan tentang kesadaran memberikan wawasan yang mencerahkan. Memahami bahwa kesadaran adalah suatu fenomena yang —seperti fenomena lain— dapat dipelajari adalah langkah awal untuk memecahkan misteri ini. 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Birch, J., Ginsburg, S., & Jablonka, E. (2020). Unlimited associative learning and the origins of consciousness: a primer and some predictions. Biology & philosophy, 35(6), 1-23.

Dennett, D. C. (1993). Consciousness explained. Penguin uk.

Ginsburg, S., & Jablonka, E. (2019). The evolution of the sensitive soul: learning and the origins of consciousness. MIT Press.

Marshall, J. C., & Halligan, P. W. (1988). Blindsight and insight in visuo-spatial neglect. Nature, 336(6201), 766-767.

Mashour, G. A., & Alkire, M. T. (2013). Evolution of consciousness: phylogeny, ontogeny, and emergence from general anesthesia. Proceedings of the National Academy of Sciences, 110(supplement_2), 10357-10364.

Smith, J. M., & Szathmary, E. (1997). The major transitions in evolution. OUP Oxford.

 

Editor: Fahmi Humam Firsada

 

Mahasiswa Fisika angkatan 2021. Bertugas sebagai Staf Redaksi 2022, Pimpinan Redaksi 2023, dan Pimpinan Umum 2024. Memiliki ketertarikan di bidang sains, ekonomi, dan isu sosial terutama lingkungan. Penulis dan Penata Letak di LSF Discourse