The narrow mindset of Gen X and Baby Boomer
Oleh: Mario Nathanael Silalahi
Sumber: Resource Database on Unsplash |
Generasi X merupakan mereka yang lahir pada tahun 1965-1976, sedangkan generasi baby boomer adalah mereka yang lahir pada tahun 1946-1964. Kedua generasi ini memiliki kemiripan dari segi sikap dan juga mindset. Kedua generasi ini pun juga memiliki pola pikir yang sama, cara mereka berpikir dan berperilaku dalam masyarakat juga mirip, terutama cara mereka dalam membesarkan dan mendidik anak-anak mereka yang merupakan bagian dari generasi milenial (1977-1995) atau generasi Z (1996-2010).
Kedua generasi ini mempunyai pola pikir yang sangat kaku dan juga keras, tidak dapat dipungkiri bahwa kedua generasi ini dibesarkan pada zaman setelah Indonesia merdeka di mana Pendidikan belum berkembang dan kehidupan pada masa itu masih sulit. Mereka juga dibesarkan oleh orang tua mereka dengan cara yang keras, seperti dengan cara memukul, membentak, dan hal lain yang menurut orang pada zaman tersebut pikir bahwa hal tersebut merupakan tanda bahwa orang tua menyayangi anaknya. Oleh karena kedua generasi ini dibesarkan di zaman yang sulit dan keras, ketika kedua generasi ini telah memiliki anak, mereka akan mendidik anak-anak mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan orang tua mereka pada zamannya, yaitu dengan memukul, memaki, dan berbagai hal kasar lainnya.
Cara baby boomer dan gen X membesarkan anak-anak mereka adalah dengan membentak, dan memukul yang sudah termasuk tindakan kekerasan pada anak. Orang dewasa akan merasa tidak nyaman jika dibentak atau dipukul. Tapi bagaimana perasaan seorang anak jika dipukul dan dimaki oleh orang tuanya sendiri? Kedua generasi ini melakukan hal tersebut kepada anak-anak mereka dengan alasan “mendidik”. Generasi baby boomer dan gen X juga bersembunyi di balik kalimat “orang tua memukul/membentak anaknya karena mereka sayang”. Mereka membuat alasan yang subjektif bahkan tidak masuk akal.
Cara kedua generasi ini mendidik anak merupakan salah satu tanda bahwa mereka memiliki pola pikir yang sempit (narrow mindset). Coba tanyakan pertanyaan ini kepada diri anda sendiri. Apakah jika anda dipukul rasanya enak? Apakah jika anda dipukul rasanya menyenangkan? Apakah jika anda dipukul dan dibentak anda benar-benar bisa belajar dari kesalahan yang anda buat? Apakah jika anda dipukul anda merasa nyaman? Jika anda manusia normal maka jawaban anda untuk semua pertanyaan tersebut adalah tidak. Orang dewasa akan marah jika mereka dipukul, mereka merasa tidak nyaman ketika mereka dibentak, namun, generasi ini hanya bisa bersembunyi di balik kata “mendidik”. Pada kenyataanya, jika mereka punya otak mereka sadar bahwa dipukul rasanya tidak enak dan sebenarnya ada berbagai cara yang lebih baik dalam mendidik anak daripada dengan cara kekerasan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa banyak dari generasi ini tidak mau belajar dan memilih untuk tetap bertahan pada pikiran sempit mereka.
Banyak dari generasi ini beropini bahwa anak zaman sekarang (generasi Z) tidak tahu sopan santun, dan tidak bisa menghormati orang yang lebih tua. Namun, faktanya bukan soal generasi Z yang tidak tahu sopan santun, tapi generasi X dan baby boomer yang merupakan sekumpulan orang-orang yang “gila hormat”. Karena merasa diri mereka lebih tua dan lebih tau banyak hal sehingga mereka berpikir bahwa mereka harus dihormati. Ajukan pertanyaan ini kepada diri anda. Jika anda benar-benar patut dihormati, apa yang membuat anda layak untuk dihormati? Apakah anda sudah berperilaku seperti orang yang terhormat?
Banyak pola pikir kuno yang dipegang oleh generasi ini, seperti, tentang harus menikah di umur tertentu, mementingkan validasi eksternal, patriarki, kurangnya wawasan mengenai Kesehatan mental, pemikiran bahwa anak-anak tidak tahu apa-apa, edukasi seksual adalah hal yang menjijikan, mempunyai anak sebelum siap secara mental maupun finansial, memiliki opini yang berbeda dari mayoritas adalah hal yang buruk, anak yang jenius adalah anak yang ahli di bidang sains, tidak menikah = tidak Bahagia, tidak punya anak = tidak Bahagia, mengkritik orang yang lebih tua adalah hal yang tidak sopan, jadi PNS = sukses, dan yang paling banyak terjadi adalah tidak mau beradaptasi dengan perubahan zaman. Setiap orang pastinya memiliki pola pikir yang berbeda-beda dan punya pilihannya masing, tapi perlu diingat bahwa akan ada dampak yang ditimbulkan, dan pola pikir generasi x dan baby boomer yang salah ini bisa berdampak kepada anak-anak mereka. Pola pikir yang salah dan cara mendidik yang salah akan memberikan dampak yang buruk kepada anak-anak mereka seperti pada Kesehatan mentalnya, hubungan anak dengan orang tuanya, akademik, dan banyak dampak negatif lainnya yang bisa muncul.
Generasi ini sering kali complain tentang bagaimana perubahan yang terjadi di zaman ini, seperti penggunaan gadget, perubahan sikap dan cara berbicara. Mereka seringkali memberikan alasan bahwa mereka tidak paham teknologi dan mereka sendiri tidak mau belajar tentang penggunaan teknologi. Setiap zaman punya ciri khasnya masing-masing dan setiap zaman pasti berbeda-beda. Secara biologi salah satu ciri makhluk hidup adalah dapat beradaptasi dengan lingkungan. Tidak peduli bagaimana kehidupan di masa lalu setiap orang harus bisa menyesuaikan diri dengan zaman bukan zaman yang harus sesuai dengan individu tertentu. Tidak peduli dari generasi apa, kemampuan beradaptasi diperlukan untuk setiap orang.
Sumber: Nik on Unsplash |
Perlu diingat bahwa tidak semua orang dari generasi X dan baby boomer selalu seperti yang dituliskan, namun tidak dapat dipungkiri banyak dari generasi ini yang memiliki pola pikir yang sempit. Setiap orang dari generasi manapun harus bisa belajar menjadi orang yang lebih baik, dan belajar tidak berpaut pada usia maupun dengan siapa anda belajar. Belajarlah dari segala macam sumber dari buku, masalah hidup, pengalaman, orang yang lebih muda, orang yang lebih tua, dan dari berbagai budaya. Pola pikir yang salah dapat mengakibatkan dampak buruk tidak hanya untuk orang lain tapi juga diri sendiri, maka dari itu belajarlah, belajar untuk menghargai, menghormati, menyayangi, mengasihi, jujur, dan terus belajar karena hidup ini bukan tentang diri anda.
Penyunting: Fadhillah Utami Ningtyas
Beri Balasan